Tren cloud computing banyak dibicarakan dalam dua sampai tiga tahun terakhir. Tidak sedikit pula perusahaan yang sudah memutuskan untuk menggunakan cloud computing dan meninggalkan sistem tradisional (on-premise). Tapi, bagaimana cara mengetahui jika sebuah perusahaan sudah saatnya pindah ke cloud?
Dalam media briefing di Jakarta, hari ini (22/4), Amit Suxena (Senior Director for Technology Group, Oracle) menjelaskan ciri-ciri perusahaan yang perlu mempertimbangkan untuk pindah ke cloud computing.
[Baca juga: Memahami Cloud Computing]
“Jika perusahaan merasa sudah menghabiskan banyak biaya untuk divisi TI, tapi hanya menghasilkan imbal balik yang kecil dari sisi bisnis, itulah saatnya mempertimbangkan cloud computing,” kata Amit.
Hal ini penting dilakukan karena investasi secara besar-besaran untuk membeli infrastruktur dan sistem TI belum tentu berbanding lurus dengan perkembangan bisnis perusahaan. Dengan memercayakan pengelolaan sumber daya TI kepada pihak lain, dalam hal ini penyedia layanan cloud, perusahaan diharapkan akan mencapai optimalisasi dan efisiensi, baik dari segi biaya maupun kinerja.
“Untuk perusahaan skala kecil dan menengah, kalau dihadapkan dengan pilihan membeli server mahal dan harus mempekerjakan karyawan baru untuk mengoperasikan server tersebut, padahal pemasukan masih kecil, sebaiknya mencari alternatif lain,” tukasnya.
Sementara itu, untuk perusahaan skala enterprise, ada kalanya mereka telah terlalu banyak memiliki aset TI sehingga mulai kehilangan waktu untuk melakukan pendataan. Berapa jumlah server yang dipunyai, kapan server itu dibeli, dan sebagainya. “Dan ini terjadi di salah satu klien kami di Indonesia,” ungkap Amit.
Ciri tersebut menandakan bahwa TI di perusahaan itu kurang sehat dan perlu diperiksakan ke “dokter”. Oracle bisa berperan sebagai “dokter” untuk membantu menentukan langkah yang sebaiknya mereka ambil untuk menyelesaikan masalah itu. “Perlu dicatat bahwa tidak semua divisi atau perusahaan butuh pindah ke cloud, lho,” imbuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar